07 November 2020   11:44 WIB

Pameran Kearsipan Virtual Jawa Tengah 2020

Tugu Perjuangan 
 
1. Tugu Pancasila
( Gambar relief yang mengelilingi tugu Pancasila yang menggambarkan perjuangan warga Blora saat melawan penjajah )
                
Proklamasi Kemerdekaan RI yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Keterlambatan menyebarkan berita Proklamasi ini terjadi disebabkan karena sejak tanggal 15 Agustus 1945 Jepang secara de yure telah menyerah pada Sekutu, namun secara de facto Jepang masih berkuasa dan masih menguasai alat – alat telekomunikasi.
 
Dari gedung Kantor Berita Jepang, Domei, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia disiarkan ke seluruh dunia pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemudian surat kabar “Soeara Asia” Surabaya, dan “Tjahaya” Bandung secara mencolok memuat berita proklamasi kemerdekaan, sehingga berita itu tersebar luas ke seluruh pelosok tanah air.
Di Blora berita proklamasi kemerdekaan tersebut diterima melalui surat kabar “Sinar Baroe” yang terbit di Semarang dan mempunyai daerah peredaran hampir di semua kota di Jawa Tengah seperti Ambarawa, Batang, Blora, Cirebon, Yogyakarta. Jepara. Kendal Magelang, Pekalongan. Pemalang, Purwadadi, Purwareja, Salatiga, Tegal, dan Temanggung. Di samping berita dari “Sinar Baroe” informasi tentang proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 diterima lewat berita telepon dan Kantor Karesidenan Pati pada tanggal 18 Agustus 1945.
 
Lewat fasilitas rad logram, Daichi Kojo, instalasi minyak yang berada di Kawengan. Wonosari, yang dikuasai Jepang, masyarakat Cepu, khususnya yang bekerja pada pabnik minyak Iebh beruntung karena menerima berita prokiamasi lebih awal. Bahkan lewat radiogram itu pula pada tangga 18 Agustus pegawai/buruh mendapat instruksi dan Bung Hatta, agar menjaga dan mengamankan perusahaan dan pabrik-pabnik yang dikuasai Jepang. Jadi jelaslah bahwa berta proklamasi masyarakat Blora maupun masyarakat Cepu, tidak jauh terlambat Berita proklamasi artinya untuk membangkitkan semangat rakyat untuk mempertaharikan daerahnya dari setiap ancaman dan penjajahan bangsa asing.
 
2. Tugu Agil Kusumodyo
 
#PeristiwaBersejarahBlora
Tahukah kamu nama Tugu ini???
Tugu di kawasan hutan jati tepi Jl.Randublatung-Blora ini rupanya didirikan 8 Agustus 1975, kemudian dipugar, dan diresmikan oleh Kapolda Jateng Drs. Moch Sanusi pada 26 Oktober 1985 untuk mengenang meninggalnya Kolonel Sunandar dan AKBP Agil Kusumodyo. (sumber Ensiklopedi Blora Buku 5)

Keduanya adalah pucuk pimpinan TNI-POLRI di wilayah eks Karesidenan Pati yang gugur pada saat peristiwa pemberontakan PKI (Madiun Affairs). Mereka diculik dari Pati dan dibunuh di kawasan hutan Randublatung (dekat lokasi tugu) 5 Oktober 1948 karena melawan pemberontakan PKI.

Kini nama keduanya dikenang warga Blora sebagai nama jalan raya. Kolonel Sunandar menjadi nama jalan dari Perempatan Wisma Pratama Jetis ke timur hingga pertigaan Taman Tirtonadi. Sedangkan Agil Kusumodyo menjadi nama jalan dari Perempatan Biandono Kauman ke utara sampai eks Lapangan Golf Kunden.

Jadi, jauh sebelum peristiwa berdarah G30SPKI 30 September 1965, di Blora juga terjadi peristiwa berdarah dengan pemberontakan yang sama.
 
3. Tugu Bhayangkara Susamarbusu
 
Tahukah kamu nama Tugu ini???
Tugu Bhayangkara yang terkenal dengan nama Tugu Bhayangkara Susamarbusu, yang berada di depan Kantor Kecamatan Ngawen itu, dibangun untuk mengenang wafatnya lima anggota Polri pada zaman pemberontakan PKI. Nama ‘Susamarbusu’ adalah lima nama Bhayangkara Polri yang gugur, saat peristiwa G30S PKI.
Kelima Bhayangkara Polri itu adalah, Brigadir Polisi Soeratman, AP Kelas III Sjamsoedin, AP Kelas III Martodidjojo, AP Kelas III Boediman dan AP Kelas III Soekardi. Jadi, selain pembangunan Tugu Bhayangkara Susamarbusu di Kecamatan Ngawen, nama kelima pahlawan Polri itu juga diabadikan sebagai nama klinik Polres Blora, Klinik Susamarbusu.
 
4. Tugu Djati Kusumo
Divisi V Ronggolawe mengamankan Blora dari pendudukan tentara musuh, adalah unit pasukan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) untuk mengamankan wilayah Bojonegoro, Blora dan Pati. Pemimpin Divisi V Ronggolawe adalah Letnan Jendral GPH Djatikoesoemo. Tahun 1946-1948 kerap terjadi serangan dari tentara NICA (tentara Belanda yang masuk dalam komando pasukan sekutu) untuk menduduki Cepu. Setelah perang, dibangunlah monumen di pusat kota Cepu untuk mengenang Divisi ini.
 
5. Taman Maka Pahlawan
 

Info